A. Pengertian.
Gagal jantung atau (CHF) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa sejumlah darah yang adekuat ke dalam sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. (Whaley & Wong’s 1991. hal 1505).
Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan dimana suplai darah ketubuh tubuh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic organ tubuh.
B. Etiologi.
1) Volume overload, terutama dengan melangsir dari kiri ke kanan yang dapat menyebabkan ventrikel kanan (RV) hipertropi dalam rangka mengimbangi tambahan volume darah.
2) Tekanan over load, terutama akibat lesi yang bersifat obstruksi, seperti vaskuler stenosis atau kontraksi aorta.
3) Penurunan kontraktilitas, faktor primer yang mengakibatkan kontraktilitas miokardium, seperti kardiomiopati, atau iskemi miokardial dari anemia berat atau asphyksia (keadaan terasa sesak didada), blok jantung, asedemia, dan tingkat potassium rendah, glukosa, kalsium, atau magnesium.
4) Kebutuhan C.O tinggi, dimana kebutuhan tubuh akan oksigen darah melebihi C.O jantung (sekalipun mungkin normal). Seperti sepsis, hipertiroidisme dan anemia berat.
CHF pada sebagian besar anak-anak sering terjadi akibat sekunder kerusakan jantung congenital yang mana abnormalitas struktur mengakibatkan peningkatan beban volume atau peningkatan beban tekanan pada ventrikel. Obstruksi aliran keluar dari LV, seperti penyempitan aorta (koarktasi aorta), dapat menyebabkan meningkatkannya tekanan ventrikel bagian dalam. CHF dapat terjadi akibat beban kerja berlebihan pada miokardium normal. Kegagalan miokardial, dimana kontraktilitas otot jantung dikurangi, bisa akibat kardiomiopati, obat-obatan, imbalance elektrolit, dysritmia, dan penyebab lain. Penyebab sistem organ lain, terutama paru-paru juga menyebabkan CHF . perubahan obstruksi pada paru-paru akibat peningkartan resistansi vaskuler pulmonal, dimana terjadi peningkatan beban kerja ventrikel kanan. Saat jantung sebelah kanan kesulitan memompa darah dan meneruskan ke paru-paru, menjadi melebar, dan mengalami hipertropi, kemudian tanda dan gejala dari gagal jantung kanan dapat dijumpai. Cor pulmonal berhubungan dengan CHF akibat penyakit paru-paru obstruksi, seperti cystic fibrosis atau dysplasia broncopulmonal.
C. Patofisiologi.
PATHWAY
Secara teori gagal; jantung dibagi dalam 2 golongan :
1. Gagal jantung kanan.
Fungsi ventrikel kanan tidak optimal. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kanan, menyebabkan peningkatan CVP dan engorgement vena sistemik. Hipertensi vena sistemik menyebabkan hepatomegali dan dapat menyebabkan edema pada ektremitas.
2. Gagal jantung kiri.
Terjadi disfungsi ventrikel kiri dan peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, menyebabkan peningkatan tekanan pada atrium kiri dan juga pada vena pulmonal. Paru-paru menjadi padat dengan darah, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan dan edema pulmonal.
Mekanisme Kompensasi :
Usaha awal jantung untuk memenuhi kebuthan tubuh terhadap peningkatan C.O melalui mekanisme kompensasi yang dinamakan cardiac reserve (cadangan jantung). Termasuk hipertropi dan dilkatasi otot jantung dan stimulasi syaraf simpatik.
Hipertropi dan dilatasi otot jantung. Respon ini meningkatan kebutuhan C.O, hipertropi otot jantung, peningkatan tensi lebih tinggi, ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan vetrikel, sehingga memompa darah keluar dari jantung. Juga, otot jantung dapat membesar dan meningkatan bagian serabut., dimana dapat meningkatkan kekuatan kontraksi. Hipertropi dapat mengakibatkan pemenuhan ventrtikel berkurang dari waktu ke waktu. Penurunan pemenuhan memerlukan tekanan tambahan lebih tinmggi untuk menghasilkan strok volume serupa. Meningkatnya massa otot mengurangi O2 ke otot jantung.
Stimulasi isstem syaraf simpatik. Ketika C.O mulai menurun, bagian reseptor dan baroreseptor menstimulasi pembuluh-pembuluh darah pada sistem syaraf simpatik, untuk melepaskan katekolamin. Katekolamin meningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi miokard, dityandai dengan takikardia. Keduanya menyebabkan vasokontriksi perifer, mengakibatkan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer (SVR), peningkatran aliran balik vena, dan mengurangi aliran darah ke tungkai dan lengan, viscera (isi rongga perut), dan ginjal.
D. Manifestasi Klinik.
1) Kerusakan fungsi miokardial.
i. Takikardia.
ii. Keringat yang berlebihan (diaporesis).
iii. Irama gallop.
iv. Kardiomegali.
2) Kongesti/bendungan pulmonal.
i. Takipnea.
ii. Dispnea.
iii. Retraksi dinding dada.
iv. Pernapasan cuping hidung.
v. Intoleransi aktivitas.
vi. Orthopnea.
vii. Batuk.
viii. Sianosis.
ix. Whezing (mendesah).
x. Mengorok.
3) Kongesti/bendungan vena sistemik.
i. Penambahan BB.
ii. Hepatomegali.
iii. Edema perifer.
iv. Ascites.
v. Distensi vena leher.
E. Studi Diagnostik.
Diagnostik diperoleh dari gejala klinik dasar seperti takipnea dan takikardia saat istirahat, dispnea, retraksi dinding dada, intoleransi aktivitras, penambahan BB disebabkan oleh rretensi air, hepatomegali, kardiomegali yang mengakibatkan dilatasi dan hipertropi.
F. Manajemen Medik.
Tujuan pengobatan adalah :
§ Perbaikan fungsi jantung
Ada dua kelompok pengobatan yang digunakan untuk meningkat fungsi miokard pada CHF :
1. Digital glikosit yang memperbaiki kontraksi.
2. Agiontension converting enzim inhibitor, mengurangi overload pada jantung, membuat jantung mudah memompa.
Digitalis mempunyai tiga reaksi mayor yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi (positif inotropik) : mengurangi kecepatan jantung (negatif inotropik) dan melemahkan atau memperlambat induksi pada impuls nodus AV (negatif) dromotropik) : dan secara tidak lansung, meningkatkan diuresis dengan peningkatan perfusi ginjal/ renal.
Efek yang bermanfaat yaitu meningkatkan kardiak outpout, menurunkan ukuran jantung, menurunkan tekanan vena dan mengurangi edema.
Pada anak-anak, digoksin (lanoxin) digunakan karena pada mereka biasanya terjadi serangan yang tiba-tiba dan mengurangi resiko toksititas yang meningkatkan short half - life (umur paru singkat/pendek). Obat ini tersedia dalam bentuk elixir (50 ug/ml) pemberian peroral atau preparasi parenteral (0,1 mg/ml). pada bayi dosis biasa kalkulasi dalm miogram (1000ug = 1mg). Karena dihoxin mempunyai makna keselamatan sangat terbatas/kecil maka dosisnya harus dipertimbangkan secara tepat : bayi prematur lebih sensitif terhadap digoxin sehingga pemberiannya harus dalam dosis kecil karena akumulasi obat ini dalam aliran darah cepat pada masa bayi dan anak-anak (friedman, 1992).
Pengobatan didasarkankepada dosis digitalis, pemberian secara IV atau peroral, dosisnya dibagi dalam periode waktu yang pendek sehingga mempengaruhi tingkatan digoxin serum antara jarak terapi. Dosis dipertahankan, biasanya 1/8 dari dosis digitalis, pemberiannya peroral 2x/hari untuk mempertahankan tingkatan darah. Selama pemberian digitalis anak harus dimonitor dengan EKG untuk mengobservasi efek ( perpanjangan interval P-R dan berkurangnya kecepatan ventrikel ) dan mendeteksi efek samping, terutama distritmia.
Tabel dosis digoxin pada bayi dan anak *
Umur | Dosis digitalis total† | Dosis harian yang dipertahankan‡ |
Bayi prematur | 20 | 5 |
Bayi cukup umur | 30 | 8 - 10 |
< 2 tahun | 40 - 50 | 10 - 12 |
2 - 10 tahun | 30 | 8 - 10 |
Keterangan :
* : Dosis dalam μg/kg BB kecuali ada indikasi
† : Dosis total yang diberikan dalam beberapa dosis yang dinginkan > 12-24 jam
‡ : Dosis dipertahankan pemberianya dalam 2 dosis yang diinginkan.
Yang perlu diperhatikan perawat afalah rentang terapi digoxin serum dari 0,8-2,0 g/l
§ Menghilangkan penumpukan cairan dan sodium (menurunkan preload).
Obat ini terdiri dari diuretik yang merupakan terapi utama untuk mengeluarkan garam dan cairan yang berlebihan serta mencegah penumpukan cairan.
Pemberian furosimida dan thiazide menyebabkan hilangnya potasium. Yang harus diperhatikan perawat ialah jumlah serum potasium dari efek digitalis, meningkatnya resiko toksikasil digitalis. Tingkat serum potasium harus dimonitor.
Restriksi cairan diperlukan pada keadaan CHF akut dan harus dihitung dengan tepat untuk menghindari dehidrasi pada anak, terutama cianotic congenital heart disease (CHD) dan adanya polisitemia. Bayi jarang memerlukan restriksi cairan karena CHF membuat kesulitan diberi makan sehingga membuat mereka akan berusaha mempertahankan cairan .
Diit restriksi jarang dimanfaatkan pada anak-anak dibanding orang dewasa untuk mengontrol CHF karena mereka potensial menimbulkan efek negatif pada anak yaitu berkurangnya napsu makan dan pertumbuhan anak. Jika intake garam direstriksi, diitnya adalah harus menghindari penembahan garam pada sayur dan hindari makanan yang tinggi garamnya.
§ Mengurangi kerusakan jantung.
Untuk mengurangi kerja jantung yang berlebihan perlu meminimalkan metabolik dengan :
1. Memberikan suhu lingkungan yang netral unruk mencegah stres dingin pada bayi.
2. Pengobatan jika ada infeksi.
3. Mengurangi usaha napas dengan posisi semi fowlers.
4. Menggunakan pengobatan untuk menenangkan anak yang iritable (lekas marah atau tidak tenang).
§ Memperbaiki oksigen jaringan dan menurunkan konsumsi oksigen.
Pada umumnya didahului dengan melakukan pengukuran terhadap oksigen untuk meningkatkan oksigen setiap jaringan dengan perbaikan fungsi miokard atau dengan mengurangi tuntutan oksigen pada jaringan.
Bagaimanapun, penembahan kelembaban udara mungkin diperlukan untuk mengurangi persediaan oksigen selama inspirasi. Pemberian oksigen penting untuk pasien odema paru, infeksi saluran napas (infeksi pernapasan) dan meningkatkan pulmonary vaskuler resistensi (pemberian oksigen membuat vasoodilatasi sehingga mengurangi pulmonary vaskuler resistensi). Masker udara lebih baik pada bayi yang baru lahir atau bayi muda untuk meningkatkan konsentrasi gas. Nasal kanul satu masker wajah mungkin digunakan pada bayi yang lebih tua dan anak-anak. Nasal kanula baik untruk pemberian oksigen jangka panjang karena dapat ambulasi dan makan minum dengan mudah. Kelembaban diperlukan untuk menetralkan kekeringan akibart oksigen. Jumlah kelembaban diatur dengan hati-hati untuk mencegah kedinginan.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.
Perawat dibutuhkan untuk memperhatikan tanda dan gejala CHF pada anak :
· Gangguan fungsi jantung.
Thakikardy, berkeringat, outpout urine menurun, lemah, lelah, ngantuk, gelisah, anoreksia, pucat, ekstremitas dingin, nadi perofer lemah, tekanan darah menurun, irama nadi cepat dan kardiomegali.
· Pulmonary congestive.
Thakypnea, dispnea, retraksi dinding dada, laring nares, intoleransi aktivitas, ortopnea, batuk, parau, sianosis, wheezing, bunyi ngorok/ dengkur.
· Sistemik venous congestive.
Penambahan BB, hepatomegali , odema perifer terutama periorbital, asites, distensi vena leher.
2. Diagnosa Keperawatan.
1. C. O menurun b. d adanya edema, mudah lelah, disfungsi miokardia.
2. Inefektif jalan napas b. d sekresi berlebihan, penurunan energi, dispnea, batuk dan takipnea.
3. Kelebihan volume cairan b. d retensi cairan (edema), mekanisme regulasi yang berbahaya.
4. Intoleransi aktivitas b. d ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen, dispnea, dan lekas marah dengan aktivitas ringan.
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b. d ketidakmampuan menggunakan kalori yang adekuat dan meningkatnya kebutuhan metabolik.
6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b. d efekl tingkat energi rendah pengaruh ketidakmampuan melakukan aktivitas berdasarkan umur.
7. Perubahan proses keluarga b. d hospitalisasi anak dan perubahan rutinitas keluarga.
8. Kecemasan orang tua b. d ketidaktentuan status kesehatan anak yang akan datang.
3. Rencana Keperawatan.
1. Anak akan menunjukan perbaikan C.O selama dalam perawatan.
2. Anak akan menunjukan efektifnya jalan napas yang normal selama dalam perawatan.
3. Anak akan mempertahan kan volume cairan yang normal selama dalam perawatan.
4. Anak akan menunjukan toleransi aktivitas selama dalam perawatan.
5. Anak akan mempertahankan status nutrisi yang adekluat selama dalam perawatan.
6. Anak akan mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan selama dalam perawatan.
7. Anak dan keluarga akan mempertahankan proses keluargta yang noirmal selama dalam perawatan.
8. Orang tua akan menunjukan penurunan kecemasan eslama dalam perawatan.
4. Pelaksanaan.
Diagnosa I.
Intervensi keperawatan :
· Atur ASKEP untuk menyediakan periode istirahat secara kontinue. Hindari gangguan yang tidak perlu, pada sakit fase akut.
R/ Kebutuhan O2 paling rendah saat istirahat. Tiap tahapan stress meningkatkan kebutuhan O2 dan meningkatkan kerja miokardium.
· Rencanakan waktu makan, istirahat, dan proesdur serupa dengan kebiasaan bangun dan tidur anak.
R/ Sekresi hidrokortison kemungkinan meningkatkan waktu bangun anak.
· Koordinasikan prosedur dengan anggota team kesehatan lainnya.
R/ Meskipun askep direncanakan dengan baik, interupsi team kesehatan lain mungkin mengganggu istirahat anakdan ini harus di hindari.
· Penuhi kebutuhan anak untuk mengurangi frustrasidan menangis.
R/ Menangis meningkatkan kebutuhan O2 dan membatasi pemborosan energi yang persediaannya sangat terbatas.
· Hindari dandan yang berlebihan dan atur suhui lingkungan. Pertahankan anak dalam kehangatan saat mandi, ngompol, laporkan adanya peningkatan suhu.
R/ Antara hipotermia dan hipertermia meningkatkan kecepatan metabolik dan kebutuhan O2 dengan tanda-tanda dingin, kecepatan metabolik mungkin meningkat untuk mempertahankan suhu dalam batas normal.
· Monitor TTV tiap 30 - 60 menit selama fase akut, monitor kecepatan status kardiovaskuler, ukuran hati dan perfusi perifer.
R/ Tanda-tanda meningkatnya atau menurunnya TTv mungkin membutuhkan penanganan yang tepat.
· Kolaborasi untuk pemberian digoxin, observasi efek toksik.
R/ Digoxin merupakan obat yang mempunyai toksisitas yang sangat tinggi sehingga harus diberikan secara hati-hati.
· Monitor adanya tanda-tanda hipokalermia (kelemahan otot, hipotensi, disritmia, takikardi atau bradikardi, peka rangsangan, mengantuk), jika anak mendapat diuretik.
R/ Penurunan kadar kalium serum akan meningkatkan toksisitas digoxin dan sebagian besar diuretik meningkatkan ekskresi pottasium.
Diagnosa 2.
Intervensi keperawatan :
· Monitor kecepatan pernapasan, karakteristik pernapasan, dan bunyi napas.
R/ Perubahan yang terjadi memerlukan penanganan yang tepat.
· Tempatkan anak pada posisi semifowler’s dan gunakan tempat duduk pengganti dengan meninggikan kepala.
R/ Elevasi mencegah organ abdomen mendesak diafragma dan memberikan ekspansi dada maksimum.
· Hindari pakaian yang ketat atau rerstrain yang melingkari abdomen dan dada.
R/ Pakaian yang ketat membatasi ekspansi dada.
· Berikan oksigen sesuai ketentuan, monitor efeknya.
R/ Tambahan O2 memperbaiki oksigenasi jaringan dan menurunkan beban kerja jantung.
· Sediakan humidifaikasi sesuai order.
R/ Pelembab membantu mengencerkan sekret pernapasan.
· Pakai suction pada anak yang dapat batuk tetapi tidak mengeluarkan sekret.
R/ Suction diberikan untuk memelihara bersihan jalan napas.
· Beri fisiopteraphy dada sesuai order, monitor bunyi napas sebelum dan sesudah prosedur.
R/ Postural drainase dan perkusi membantu pergerakan sekret dan menghilangkannya dari paru-paru.
Diagnosa 3.
Intervensi keperawatan :
· Monitor input/masukan dan output/haluaran yang adekuat, cek urine grafitasi spesifik tiap kali pengosongan. Kaji status hidrasi.
R/ Diuretik dapat menyebabkan dehidrasi
· Timbang berat badan anakl dua kali sehari.
R/ BB merupakan salah satu indikator sensitif untuk mengkaji balans cairan
· Observasi retriksi cairan sesuai order. Observasi tranda-tanda retensi cairan periorbital, atau edema sakral.
R/ Jika balans cairan terganggu, peningkatan cairan sedikit saja menjadikan gejala CHF lebih buruk serta akibat retensi cairan
· Kolaborasi pemberian diuretik sesuai ketentuan, cek elektrolit serum sebelum memberi furesemide (laxis) dan tidak diberikan jika adanya hipokalemia. Monitor efek samping ter\utama hipokalemia.
R/ Diuretik meningkatkan ekskresi cairan yang berlebihan, sodium klorida, dan pottasium. Hipokalemia meningkatkan toksisitas digitalis
Diagnosa 4.
Intervensi keperawatan :
· Monitir respon psikologi terhadap aktifitas seperti bemberian makanan, psikoterapi dada, dan mandi.
R/ Toleransi aktivitas sebagai parameter penting pada pengkajian fungsi jantung. Aktivitas menurun sebagai indikasi penurunan fungsi jantung.
· Modifikasi prosedur untuk menurunkan stress jika dibutuhkan.
R/ Modifikasi dibutuhkan untuk meminimalkan kebutuhan O2.
· Tempatkan anak pada tempeat tidur yang tidak menyebabkan frustrasi, modifikasi rencana.
R/ Frustrasi menyebabkan kelemahan sehingga dapat menimbulkan kerja berlebihan pada jantung, sehingga tidak dianjurkan ada aktivitas
Diagnosa 5.
Intevensi keperawatan :
· Beri makan pada bayi pada posisi sestengah duduk.
R/ Posis ini mencegah kelelahan dan meminimalkan tekanan abdominal pada diafragma.
· Gunakan dot lembut dan perbesar lubang pada dot jika dibutuhkan. Sediakan waktu istirahat yang cukup pada bayi.
R/ Sediaan ini anak dapat memperoleh susu lebih banyak dengan mengeluarkan energi yang sedikit.
· Beri makan pada bayi saat ada tanda bahwa ia mau makan, jangan tunggu sampai ia menangius.
R/ Menangis membuang energi yang signifikan dibuttuhkan untuk menetek.
· Berikan waktu istirahat yang cukup sebelum dan sesudah memberi makan.
R/ Jika lemah bayi tidak sanggup melakukan ingesti dan digesti dalam jumlah yang adekuat dari jumlah yang telah disediakan.
· Beri makanan dalam frekuensi yang sedikit, misalnya 4 - 5 ons atau 20 kalori/ons tiap 3 jam.
R/ Memberikan makan yang sedikit meminimalkan kelelahan dan memberikan tekanan sedikit pada diafragma.
· Berikan makanan bayti seperti sereal dan makanan yang disaring seperti kebiasaan di rumah.
R/ Mempertahankan selera makan yang menyenangkan sehingga memudahkan intake.
· Timbang BB bayi 2 kali sehari.
R/ Jika kalori yang dikonsumsi adekuat, pertumbuhan akan ditandai dengan penambahan BB.
· Tingkatkan nilai kalori dari formula untuk 24 - 26 kalori/ons dengan menambahkan polikose atau minyak MCT.
R/ Polikose merupkan karbohidrat yang menambah kalori tanpa meningkatkan upaya intake serta membantu pertumbuhan dan peningkatan BB.
· Beri makan lewat NGT sebagai usaha terakhir saat bayi lelah, jika makan meningkatkan beban kerja jantung yang berlebihan.
R/ Ini kemungkinan bayi diberi makan tanpa menimbulkan stress yang meningkatklan kebutuhan jantung.
Diagnosa 6.
Intervensi keperawatan :
· Beri rangsangan yang tenang selama fase akut (contoh berikan objek kecil dan lembut untuk dipegang, atau cilukba).
R/ Stimulasi yang tenang mencegah rasa bosan dan frustrasi saat mempertahankan perhatian bayi pada lingkungan dan menghemat energi.
· Berikan aktifitas lebih giat (menutup lantai dengan karpet saat bermain). Sering ubah pemandangan dan mainan sepanjang hari.
R/ Anak mungkin kekurangan energi sehingga gerak motorik terbatas. Oleh sebab itu ia dapat menstimulasi diri sendiri.
· Amati perasaan dan perasaan orang tua tentang perkembangan anak.
R/ Mungkin orang tua ketakutan kalau anaknya terbelakang atau pertumbuhannya terhambat.
· Batasi area luar yang mungkin tidak mengikuti hasil perkembangan.
R/ Orang tua mungkin butuh bantuan untuk melihat anaknya secara dekat, tanda-tanda penting adanya kemajuan.
· Ajarkan orang tua tentang kebutuhan anak sesuai dengan usianya, stimulasi aktifitas dan bermainnya.
R/ Orangtua mungkin meremehkan perkembangan bayi yang masih kecil dan gerakan motorik kasarnya.
· Yakinkan orang tua untuk tidak membatasi aktifitasn anak kecuali fase akut
R/ Orang tua mungkin membatasi aktivitas fisik anakuntuk mencegah “ketegangan pada jantung”.
Diagnosa 7.
Intervensi keperawatan :
· Anjurkan orangtua supaya berperan aktif dalam semua fase perawatan anak.
R/ Kehadiran orangtua membantu mengurangi stress lingkungan yang asing pada anak.
· Anjurkan saudara kandung untuk berkunjung dalam jangka waktu yang singkat untuk mempertahankan kesatuan keluarga.
R/ Menurunkan ansietas saudara kandung dan mengerti tentang mengapa orangtua mereka tidak berada dirumah seperti biasanya.
· Anjurkan saudara kandung untuk berkunjung dan amati reaksi mereka selama berkunjung.
R/ Untuk mengamati reaksi saudara kandung dengan orang tua.
· Bantu orang tua mengidentifikasi keadaan yang biasa menakutkan anak masuk RS dan bagaimana memperlakukan mereka.
R/ Saudara kandung pasien sering ketakutan, mereka akan menutupi dirinya dengan selimut saat tidur, adanya rasa takut terhadap kesehatan mereka sendiri. Ini sering diekspresikan secara tidak langsung sehingga orang tua sulit mengenal.
· Anjurkan orang tua untuk mengguanakan waktu bersama setiap hari. Sediakan waktu untuk merawat anak saat itu.
R/ Hal ini penting agar orangtua mempertahankan hubungan mereka selama periode stress.
· Identifikasi kesadaran orangtua dari kebuuthan saudara kandung anak yang sakit di rumah.
R/ Orangtua sering memfokuskan perhatian anaknya yang sakit dan mengabaikan kebutuhan anaknya yangh lain.
Diagnosa 8.
Intervensi keperawatan :
· Amati ekspresi orang tua akan kecemasan dan jelaskan kepada mereka tentang keberadaan anggota staff lainnya.
R/ Mencegah konflik akibat tafsiran orangtua yang negatif terhadap staff yang lain.
· Berikan waktu kepada orang tua untuk menjawab pertanyaan tentang perasaan mereka akan ketakutan.
R/ Informasi yang akurat denagn mengekspresikan rasa takut mengurangi stress.
· Berikan waktu kepada orang untuk berpartisipasi dalam perawatan dan membuat keputusantentang perawatan.
R/ Partisipasi mengurangi anggapan bahwa mereka tidak tahu tentang perawatan dan tidak berdaya melekukannya.
· Bantu orang tua untuk mengidentifikasi metode penatalaksanaan stress dan ansietas yang sudah bermanfaat sebelumnya.
R/ Metode sebelumnya mungkin bermanfaat untuk koping terhadap stress.
· Bantu orang tua untuk mendapat support dalam komunitas (seperti pendeta).
R/ Orangtua tidak menyadari kalau mereka membutuhkan bantuan dengan orang lain.
5. Evaluasi.
1. C.O dalam batas normal ditandai dengan denyut jantung kuat, reguler, dan perfusi perifer adekuat.
2. Pernapasan dalan batas normal, warna kulit baik, anak istirahat dengan tenang.
3. Volume cairan dalam batas normal.
4. Toleransi terhadap aktifitas meningkat.
5. Status nutrisi dalam batas normal.
6. Pertumbuhan dan perkembangan normal.
7. Proses keluarga baik.
8. Kecemasan orangtua berkurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar